
Aku adalah pecinta es krim. Aku suka segala rasa es krim. Rasa cokelat, rasa stoberi, rasa jeruk, rasa vanila, rasa tiramisu, dan banyak lagi. Hanya ada satu rasa es krim yang aku benci. Yaitu rasa durian. Aku sangat benci es krim rasa durian. Dari sekian banyak rasa es krim, hanya rasa durian yang dapat membuatku muntah.
Bae So Bin Ajjusi, pemilik cafe yang menjual berbagai macam es krim, telah mengetahui kalau aku tidak suka dengan rasa es krim itu. Terang saja dia tahu. Masalahnya, hampir setiap hari aku mampir ke cafenya. Memesan es krim yang berbeda-beda. Dan Bae So Bin Ajjusi juga tahu rasa favoritku yaitu rasa tiramisu.
Bae So Bin Ajjusi adalah seorang pria yang baik hati dan juga tampan. Hanya saja, di usiannya yang sudah kepala tiga itu dia belum menikah. Entah apa yang dia tunggu. Dia telah mempunyai cafe yang ramai pengunjungnya dan terkenal di kawasan itu.
“Ajjusi.” Sapaku kepada Bae So Bin Ajjusi. Bae So Bin Ajjusi tersenyum melihat kedatanganku yang entah sudah berapa kali datang ke cafe itu.
“Bagaimana sekolahmu hari ini?” tanya Bae So Bin Ajjusi, menyodorkan segelas es krim rasa capucinno.
“Ya gitu-gitu aja. Sama seperti kemarin.” jawabku lalu memasukkan sesendok es krim ke dalam mulutku. Rasa capucinnonya langsung meleleh di lidah. Hal itu membuatku jadi lebih rileks dari sebelumnya.
”Masa SMA adalah masa yang indah. Gitu sih kata orang-orang. Jangan sia-siakan masa-masa mu dong.” nasihat Bae So Bin Ajjusi mengelus kepalaku lalu pergi melayanini pembeli yang sudah duduk di sampingku.
”Selamat datang. Mau pesan apa?” tanyanya ramah kepada pelanggan lelaki yang kira-kira lebih tua dari aku dan mempunyai wajah sedikit galak.
”Kira-kira yang paling enak apa?” tanya lelaki itu menggaruk-garuk kepalanya bingung melihat menu es krim yang berderet di papan menu.
”Jihee, paling enak rasa apa menurutmu?” Bae So Bin meminta pendapatku. Aku juga sedikit bingung. Aku takut kalau lelaki itu tidak suka dengan pendapatku. Namun, aku beranikan diri untuk menjawabnya.
”Tiramisu, Ajjusi. Mungkin?” jawabku takut-takut.
”Ya. Coba rasa tiramisu.” ujar lelaki itu ke arah Bae So Bin Ajjusi. Bae So Bin Ajjusi langsung membuatkan pesanan lelaki itu. ”kau selalu kemari, ya?” tanya lelaki itu kepadaku. Aku terkejut mendengarnya berbicara ke arahku. Aku menjawabnya dengan anggukan saja
Bae So Bin Ajjusi telah kembali membawa nampan berisi segelas es krim tiramisu untuk lelaki itu. Ku lihat lagi gesaku dan ternyata aku telah menghabiskan es krim capucinnoku. Aku merogoh kantongku dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Aku memberinya kepada Bae So Bin Ajjusi.
”sudah mau pulang?” Bae So Bin Ajjusi menerima uang yang aku berikan. Aku menjawabnya dengan anggukan. ”tapi, biasanya kamu pulang jam 6. ini kan masih jam 4.” Kata Bae So Bin Ajjusi heran.
“Hari ini ada janji sama Appa mau berkebun. Dah, Ajjusi.” Aku melambaikan tanganku ke arah Bae So Bin Ajjusi dan aku melihat lelaki itu memperhatikan aku. Aku segera keluar cafe dan pulang.
* * *
Aku baru keluar gerbang sekolah yang telah sepi. Hanya tersisa sekumpulan siswa yang sedang mengikuti ekstrakulikuler voli. Aku melihat jam tanganku yangmelingkar manis di pergelangan tanganku. Sudah jam 5. Sial. Aku tidak bisa mampir beli es krim hari ini. Ini gara-gara aku harus membantu Mrs. Song Hye Go membereskan membenahi ruang perpustakaan sebagai hukumanku karena telah tertidur di kelas.
Aku menyusuri jalan pulang ke rumah melewati cafe milik Bae So Bin Ajjusi. Terlihat Bae So Bin Ajjusi sedang mengobrol dengan lelaki kemarin. Mereka berdua terlihat serius. Aku mengetuk jendela dan Bae So Bin Ajjusi menyadarinya. Aku melambaikan tanganku ke arahnya dan dia membalasnya. Aku berlalu pergi.
* * *
“Jihee, kemarin ada yang mencarimu.” Kata Bae So Bi Ajjusi memberitahuku. Aku mendekatkan es krim rasa stroberi ke arahku. Hari ini di cafe cukup ramai. Semua pegawai pada sibuk melayani pembeli
“Siapa, Ajjusi?” tanyaku penasaran.
“Lelaki yang waktu itu pesen es krim tiramisu sesuai usulmu.” Aku mengangguk paham lalu menyuapkan sesendok es krim ke mulutku.
“Untuk apa dia mencariku?” tanyaku lagi. Bae So Bin Ajjusi hanya menggeleng lalu pergi membantu para pegawainya melayani pembeli.
Aku menopang kepalaku menggunakan tangan kanan heran. Di kepalaku banyak sekali tanda tanya. Kenapa dia mencariku. Ada perlu apa. Aku memainkan sendok di dalam gelas yang masih berisi es krim tapi tidak memakannya.
Seorang lelaki langsung duduk di sampingku. Aku tersadar karena badannya yang besar menghalangi cahaya yang datang padaku. Aku menoleh. Dia hanya tersenyum. Dia adalah lelaki yang waktu itu. Belum ada pelayan yang datang padanya. Semua masih sibuk sehingga dia terabaikan.
Kami masih saling tidak berbicara padahal aku ingin sekali bertanya tentang kejadian kemarin. Tapi, aku serasa tidak mempunyai kekuatan untuk berbicara. Jantungku berdegup sangat cepat. Aku mengumpulkan semua keberanianku, dan ketika aku membuka mulut ingin berbicara, lelaki itu lebih dulu berbicara.
To be continued....
*ni ff beda sama sebelumnya.. Ini baru..*
0 komentar:
Posting Komentar