Eng ing eng!!!! I'm back with ff. NC 17! Berhubung umur saya 18. Hhaha.. Mau tau bikinnya dalam jangka waktu berapa hari? 1 hari!! Baru kali ini. Ini ff NC ku yang pertama.
Cast:
Shim Chang Min
Park Heerin
Sudut pandang:
Orang pertama >>> Shim Changmin
Kulirik Heerin yang berdiri tidak jauh dariku. Dia terlihat kedinginan. Ia bersendekap. Bibirnya bergetar. Rambut dan seluruh pakaiannya basah. Aku mendekatinya lalu meraih tangannya.
"kita terobos saja hujan ini. Apartemenku cukup dekat dari sini." kutarik tangannya menerobos hujan deras.
"tap..tapi....!" dengan suara sedikit bergetar menahan dingin, dia sedikit berkilah. Tapi aku tidak akan melepaskan tangannya.
"kalau berlama-lama disini, kita akan sakit."
Akhirnya Heerin menyetujuinya. Ia mengikuti langkahku dengan cepat sedikit berlari karena aku memiliki langkah yang besar. Kedua tangannya kini menggenggam kuat tanganku yang tadi kubuat menarik tangannya. Tangannya dingin seperti es. Masih bisa kudengar ia menggigil.
Akhirnya sampai di apartment ku. Aku cepat-cepat menyuruhnya masuk karna di lobi tak kalah dingin sebab pendingin ruangan. Ketika masuk, aku segera mematikan pendingin ruangan. Ia masih saja berdiri di ambang pintu.
"ngapain berdiri disitu? Cepat masuk dan mandi." perintahku padanya.
"ma...mandi?" ulangnya dengan nada bergetar.
"iya. Bajumu basah begitu nanti bisa masuk angin."
"tap...tapi, a...aku ti..dak...."
"sudahlah." kutarik tangannya lagi dan ku giring *sangkanya bola* ke kamar mandi. "aku siapkan gantinya. Cepat mandi, ya. Ini handuknya." kuserahkan sebuah lipatan handuk putih dari dalam lemariku.
Ia masuk ke kamar mandi. Aku menyiapkan pakaian yang harus ia pakai. Aku memang tidak memiliki baju wanita tapi kurasa, ia bisa mengenakan pakaianku.
Beberapa saat kemudian, Heerin keluar dari kamar mandi. Ia melilitkan handuk pada badannya. Badannya sungguh indah.
"op...pa. Di...ma..na a...ku bi..sa ber..pa..kaian?" tanyanya malu-malu dan masih dengan suara bergetar.
"di kamarku. Masuk saja. Bajunya ada di atas tempat tidurku. Aku mandi dulu, ya. Sudah aku buatkan coklat hangat. Ada di meja makan." kataku cepat langsung masuk kamar mandi. Wajahku memanas jika melihatnya hanya melilitkan handuk seperti itu. Aku tidak ingin terjadi yang bukan-bukan.
Setelah selesai mandi dan berpakaian lengkap, aku menghampiri Heerin yang duduk di atas sofa sambil memeluk kedua lututnya. Ia kedinginan dengan hebat. Padahal ia memakai hoddie putihku yang lumayan tebal. Apa mungkin pengaruh celananya? Ia ku berikan celana yang biasanya aku gunakan untuk bermain bola. Celana itu pendek.
"Heerin, kamu masih kedinginan?" tanyaku lalu menempatkan diri di sampingnya. Ia mengangguk.
"sebentar." aku pergi meninggalkannya menuju ke kamarku lalu mengambil selimutku yang terlipat rapi di atas tempat tidur.
"ini." aku melilitkan selimut itu pada Heerin. "sudah merasa hangat?" lagi-lagi ia menjawabnya dengan anggukan.
Kali ini ia seperti orang bisu. Padahal, biasanya ia sangat tidak bisa diam. Di saat-saat seperti ini, ia suka sekali bercerita tantang apa saja. Itulah yang membuatku menyukainya karna aku merasa tidak kesepian.
"heerin, malam ini kau menginap disini, ya?" kataku lembut dan berharap ia menyetujuinya.
"ta...pi, a...pa..ka...h ti..dak a..pa-apa?" tanyanya masih dengan suara bergetar.
"tentu saja. Hanya orang yang aku cintai yang boleh menginjak apartment ku." jawabku jujur. "kau masih kedinginan?" tanyaku lagi.
"se..sedikit." jawabnya.
"bagaimana kalau seperti ini?" aku mendekap tubuhnya yang berlapis selimut tebal. Ia sedikit kaget namun tidak berontak dan membuat dirinya merasa senyaman mungkin.
"changmin oppa?"
"waeyo, chagya?"
"saranghae."
"na doo.. Chongmal saranghae."
Aku mendaratkan bibirku di bibir lembut Heerin. Kuhisap bagian bawah bibir Heerin dan heerin menghisap lembut bibirku bagian atas. Tangan heerin sepertinya telah keluar dari lapisan selimut dan kini merangkul tengkukku penuh sayang. Aku memeluknya semakun kuat namun tidak menyakitkannya. Aku agak memaksanya agar mau membuka mulutnya lebih lebar menggunakan lidahku dan dia menurutinya. Kujamah setiap ruang kosong di rongga mulutnya. Heerin pun melakukan hal yang sama hingga lidah kami saling bertautan.
Kurebahkan ia di sofa dan masih tetap dalam keadaan berciuman. Tanganku mulai menjamahi lekuk tubuhnya dari balik hoddie yang ia kenakan. Heerin tidak mengenakan bra karna basah dan aku tidak punya gantinya. Heerin mengeluarkan desahan kecil.
"hhhhhhhhh.oppphhaaaa.mzzzzllpazzzlsssspprr." heerin menarik tubuhku mendekat padanya hingga aku kehilangan keseimbangan dan terguling jatuh ke lantai. Kini aku berada di bawah sedangkan heerin di atasku. Kami tertawa kecil lalu melanjutkan ciuman yang tertunda padahal kami tau kami sama-sama tersengal.
Pada akhirnya aku tidak bisa menahan napas. Ku lepaskan bibirku lalu beralih pada leher Heerin. Kutinggalkan kiss mark disana dan aku juga merasakan kiss mark dari Heerin di tengkukku. Kudengar napasnya sedikit tersengal menuju telingaku di sebelah kiri.
"oppa, aku ngantuk." bisiknya.
Ku gulingkan ia perlahan lalu aku bangkit. Kugendong ia layaknya sang permaisuri menuju kamarku dan kurebahkan ia di tempat tidur. Aku menempatkan diri di sampingnya. Kujadikan lenganku bantalnya.
"good night, chagiya. Have a nice dream." kukecup keningnya saat ia memelukku dalam tidur.
---FIN---
0 komentar:
Posting Komentar